Santri Qiraati

referensi metode ilmu baca al-Quran

SAJIAN MAKANAN DAN KEIMANAN

Hari itu, seorang Tuan Guru menerima seorang tamu: tetangganya. Selepas berbagi sapa beberapa lama, tetangga yang telah berusia lanjut, sekitar 70 tahun, dan menganut agama lain itu berucap, “Tuan Guru. Selama beberapa hari ini Tuhan tidak memberikan rezeki apa-apa kepada saya. Bila berkenan, mohon kiranya Tuan Guru berkenan menyisihkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada saya.”
“Boleh. Dengan satu syarat: Anda mau berpindah agama: mengikuti agama saya!”

Si tetangga pun menolak syarat yang demikian. Karena si tetangga menolak syarat itu, sang Tuan Guru pun mendiamkan tetangganya sampai ia berlalu. Ketika si tetangga berlalu, tiba-tiba dalam benak sang Tuan Guru mencuat ‘gugatan’ dari batinnya, “Apa yang membuat dirimu ini menolak menjamu tetangga yang sepuh itu? Apakah kau rugi dengan kekafirannya? Bukankah Allah Swt. telah mengaruniakan kepadanya makan dan minum selama 70 tahun, padahal ia tetap kafir kepada-Nya.”

Menyadari ‘gugatan hati’ yang demikian, sang Tuan Guru itu segera menyusul tetangganya itu. Sewaktu bertemu dan tahu sang Tuan Guru mengajaknya makan, si tetangga pun bertanya, “Tuan Guru. Tadi Anda menolak untuk memberikan makan kepada saya. Mengapa kini Anda malah menyusul saya dan mengajak saya makan?”

Sang Tuan Guru kemudian menuturkan ‘gugatan hati’ yang mencuat dalam benaknya. Mendengar jawaban demikian, si tetangga lama termenung dan tak kuasa berucap. Kemudian, beberapa lama kemudian ia berucap, “Tuan Guru. Benar Anda: selama 70 tahun aku telah diberi oleh-Nya makan dan minum. Tetapi, selama 70 tahun pula aku mengingkari-Nya. Kini aku sadar: aku akan mengikuti ajakan Anda. Dengan sepenuh hatiku!”

(Renungan di Awal 1441 H: semoga bermanfaat).

Filed under: Hikmah, Humor Sufi, Rindu Rasul, Tasawuf

Qunut

*Dalil Qunut Witir Pada Pertengahan Terakhir Bulan Ramadhan.*

Al Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Ma’rifatus Sunani wal Atsar dan As-Sunan al Kubra pada “Bab Man Qaala Laa Yaqnut fil Witri Illaa Fin Nishfil Akhiri Min Ramadhan (Bab tentang Orang yang mengatakan bahwa tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadhan) menyebutkan beberapa riwayat, diantaranya Al-Imam Al-Syafi’i rahimahullah berkata :

قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري

“Mereka berqunut didalam shalat witir pada pertengahan akhir bulan Ramadhan, seperti itulah yang dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz Al-Qari”

عن نافع، «أن ابن عمر كان لا يقنت في الوتر إلا في النصف من رمضان

“Dari Nafi’ : Bahwa Ibnu ‘Umat tidak berqunut di dalam shalat witir, kecuali pada pertengahan dari bulan Ramadhan (pertengahan akhir)”

أن عمر بن الخطاب «جمع الناس على أبي بن كعب، فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت بهم إلا في النصف الباقي» . فإذا كانت العشر الأواخر تخلف فصلى في بيته، فكانوا يقولون: أبق أبي
“Sesungguhnya Umar bin Khaththab mengumpulkan jama’ah shalat Tarawih pada Ubay bin Ka’ab, mereka shalat selama 20 malam, dan mereka tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadhan. Ketika masuk pada 10 akhir Ubay memisahkan diri dan shalat di rumahnya, maka mereka mengira dengan mengatakan : Ubay telah lari”.

عَنْ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ سِيرِينَ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ ” أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَمَّهُمْ، يَعْنِي فِي رَمَضَانَ، وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Muhammad bin Sirin, dari sebagian sahabatnya, bahwa Ubay bin Ka’ab mengimami mereka, yakni pada bulan Ramadhan, ia berqunut pada pertengahan terakhir bulan Ramadhan”

عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ” أَنَّهُ ” كَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الْأَخِيرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Dari Al-Harits, dari ‘Ali radliyallahu ‘anhu, bahwa ia berqunut pada pertengahan terakhir dari bulan Ramadhan”

عن سَلَام يَعْنِي ابْنَ مِسْكِينٍ، قَالَ: ” كَانَ ابْنُ سِيرِينَ يَكْرَهُ الْقُنُوتَ فِي الْوِتْرِ إِلَّا فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Ibnu Miskin berkata : Ibnu Sirin tidak menyukai qunut didalam shalat Witir, kecuali pada pertengahan akhir shalat bulan Ramadhan.”

عن قَتَادَة قَالَ: ” الْقُنُوتُ فِي النِّصْفِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Dari Qatadah : Qunut dilakukan pada pertengahan akhir bulan Ramadhan.”

Qunut

Dalil yang dijadikan pedoman untuk mensunahkan qunut adalah hadist Nabi Muhammad SAW :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ قَالَ مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِى اْلفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا (رواه أحمد)

Diriwayatkan dari Anas bin Malik R.A “Beliau berkata, “Rasululloh senantiasa membaca qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat.” (HR. Ahmad).

Pakar hadis Muhammad bin Alan as-Sidiqi dalam kitabnya Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah mengatakan bahwa hadis ini yang benar dan diriwayatkan serta disahihkan oleh golongan pakar yang banyak yang banyak hadist.

Filed under: Doa & Ijazah

Fatwa Rindu

Malam Cinta Rasul.

💞💕💝Dikisahkan. …

Pada zaman Harun al Rasyid, ada seorang pemuda yg suka berbuat maksiat dan penduduk Bashrah sangat membencinya karena perbuatan2 maksiatnya tersebut. Namun dibalik itu semua pemuda tersebut ketikan datang bulan rabi’ul awwal, dia selalu membersihkan bajunya, memakai wangi2an, dan rapu serta mengadakan walimah/maulidun nabi SAW dn itu ia lakukan sepenjang tahun.

Ketika pemuda itu meninggal penduduk Bashrah mendengar suara dari langit;

“wahai penduduk Bashrah hadirilah dan saksikanlah jenazah seorang wali di antara wali2 Allah, sesungguhnya dia sangat mulia di sisiku.”

Para pendudukpun berdatangan dan menguburkanya.

Pada malam harinya mereka bermimpi pemuda berdiri dgn memakai pakaian dari sutra yg sangat indah. Ditanyakan kepadanya;

dengn amalan apa engkau mendpatkan anugrah ini..?”

pemuda itupun menjawab; dengan “MENGAGUNGKAN HARI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW.”

Shallallahu alaihi wasallam wa alaa alih wa shahbih. Amiin……

Ya Nabi…..Salam Alaika…..
diambil dari kitab i’nah thalibin

*وحكى*
أنه كان في زمان أمير المؤمنين هارون الرشيد شاب في البصرة مسرف على نفسه وكان أهل البلد ينظرون إليه بعين التحقير لأجل أفعاله الخبيثة، غير أنه كان إذا قدم شهر ربيع الأول غسل ثيابه وتعطر وتجمل وعمل وليمة واستقرأ فيها مولد النبي – صلى الله عليه وسلم – ودام على هذا الحال زمانا طويلا،

ثم لما مات سمع أهل البلد هاتفا يقول: احضروا يا أهل البصرة واشهدوا جنازة ولي من أولياء الله فإنه عزيز عندي، فحضر أهل البلد جنازته ودفنوه،

فرأوه في المنام وهو يرفل في حلل سندس واستبرق، فقيل له بم نلت هذه الفضيلة؟

قال بتعظيم مولد النبي – صلى الله عليه وسلم –

صلوا على من كان خلقه القرأن….

Hadlir untuk para guru

Filed under: Kisah, Rindu Rasul, Tokoh

Kamus Lisanul Arab Online

KAMAR PENGANTIN

PEPUNDHEN

DOKUMENT

SILATURRAHIM

free counters